Home » , » Kemenpora Tidak Diam

Kemenpora Tidak Diam

Sejak ditunjuk dan dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga dalam Kabinet Indonesia Bersatu II  pada pertengahan bulan Januari lalu, muncul rasa penasaran dan tanda tanya besar dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia,  apakah saya bisa mengemban tugas dan amanah tersebut. Apalagi latar belakang saya sebelumnya masih minim tentang dunia olahraga dan pemuda. Tapi seberat apapun tugas itu, bagi saya itu adalah amanah dari negara.

Ada tiga tugas dari Presiden dan menjadi amanah yang harus diselesaikan oleh Menpora baru. Tugas pertama, melakukan konsolidasi ke dalam jajaran Kemenpora. Kedua, Menpora baru diminta melanjutkan pekerjaan Menpora yang lama, terutama peningkatan prestasi di tingkat nasional  maupun internasional  seperti Sea Games di Myanmar nanti. Dan ketiga, sebagai Menpora saya diminta menyelesaikan dualisme kepengurusan PSSI yang sudah berlangsung selama beberapa tahun ini, karena sepakbola adalah olahraga populer yang sangat diminati oleh mayoritas bangsa Indonesia.

Setelah resmi dilantik, segera saya melangkah untuk bekerja. Langkah untuk menyelesaikan persoalan atau tugas tersebut harus saya lakukan dengan cermat, taat asas dan terukur.  Untuk memuluskan langkah tersebut saya harus terjun langsung ke pokok permasalahan yang terjadi. Dan saya harus melakukannya dengan hati-hati agar hasilnya nanti tidak membuat siapapun menjadi sakit hati. 

Terus terang, untuk menyelesaikan masalah konflik dualisme PSSI ini dibutuhkan waktu dan kerja ekstra keras. Desakan dan serangan dari berbagai pihak, baik di dunia nyata dan dunia maya saya rasakan cukup besar. Mereka rata-rata tidak ada yang bisa dibenarkan 100 persen, dan tidak ada yang bisa disalahkan 100 persen. Dalam masalah ini saya memang harus bersikap tegas, dengan melihat bagaimana reaksi dari masyarakat. Melihat itu, reaksi minimal yang akan saya ambil.

Kenapa saya katakan antara PSSI dan KPSI ini tidak ada yang benar 100  persen? Karena yang satu merasa betul dari sisi aturan, yang satu lagi merasa betul dari sisi fakta. Oleh karena itu dalam mengambil langkah saya akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya masukan, baik itu dari hulunya langsung seperti bertemu dengan Nirwan D Bakrie dan Arifin Panigoro. Bertemu dengan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husein dan juga bertemu Ketua KPSI La Nyala Mattaliti. Bahkan saya juga tidak sungkan untuk meminta masukan dari teman-teman media yang selama ini, menurut saya, paham pada masalah ini. Saya mencari masukan dari banyak pihak, sehingga nantinya pemerintah bisa mengambil keputusan tepat dan terukur, meski ujungnya tegas.

Tetapi persoalan ternyata tidak hanya terjadi di sepakbola, melainkan juga  pada cabang olahraga lain. Di cabor tenis misalnya, ternyata ada masalah dugaan pelecehan seksual yang dilakukan pelatih terhadap atletnya. Di tinju, beberapa petinju amatir meninggal dunia ketika sedang bertanding, dan berbagai macam persoalan lainnya.

Persoalan-persoalan  tersebut akan saya selesaikan tidak langsung dengan cara hantam kromo, namun dengan cara satu per satu. Misalnya mengenai masalah tenis dan tinju, untuk menyelesaikan persoalan tersebut saya langsung menugaskan Deputi terkait untuk berkordinasi dengan Pengurus Besar (PB) cabang olahraga yang membawahi, untuk memastikan apakah memang telah terjadi kesalahan.

Di tinju misalnya, apakah seorang petinju profesional harus melewati jenjang amatir terlebih dahulu sebelum bertanding. Sedangkan untuk masalah tenis, saya masih ingin tahu lebih dalam apakah korban pelecehan seksual tersebut berani membuka kasus seperti empat korban yang sebelumnya sudah melapor. Masih banyak persoalan di olahraga, dan saya dengan dukungan dari para staf, media, dan masyarakat luas, berharap dapat menyelesaikannya satu demi satu.


Selain menyelesaikan persoalan olahraga, Kemenpora juga menginginkan adanya revitalisasi dalam bidang Kepramukaan dan Kepemudaan. Saya ingin Pramuka menjadi modern agar memiliki daya tarik bagi anak-anak mulai dari SD, SMP hingga SMA.  Mereka tidak hanya memakai seragam Pramuka sebagai simbol semata, tetapi juga memiliki berbagai kegiatan yang memang mereka senangi, termasuk IT.

Begitu juga dengan kepemudaan. Masalah pemuda bagi saya cukup penting,  karena pemuda adalah garda depan suatu bangsa. Salah satu langkah kongkrit saya di bidang pemuda adalah masalah narkoba. Ketika mendengar artis dan presenter RA terlibat penggunaan narkoba,  waktu itu saya langsung datang ke BNN untuk berbicara sekaligus mencari solusi agar program pemuda anti narkoba bisa dijalankan dengan baik.

Kemenpora segera bersinergi BNN untuk merancang kegiatan anti narkoba. Dan alhamdulilah,  bersama BNN, OKP-OKP dan mahasiswa, pada hari Sabtu (9/2) di kantor Kemenpora  kita mengeluarkan  Deklarasi Anti Narkoba yang mengambil tema "Perangi Narkoba, Raih Prestasi." Pada acara deklarasi ini saya berencana akan menurunkan bendera raksasa berukuran 13 X 20 meter anti narkoba dari lantai 10 kantor Kemenpora.       

Dari semua hal di atas, kuncinya adalah pemerintah tidak boleh diam terhadap suatu kasus, tapi juga tidak boleh terlalu reaktif terhadap masalah. Selaku orang baru yang minim pengalaman dan dihadapkan dengan segudang permasalahan, saya memaklumi jika kemudian reaksi atau komentar yang muncul sangat besar. Bagi saya tidak masalah, karena reaksi yang luar biasa besar itu menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap kasus-kasus ini, dan saya berterima kasih terhadap semua reaksi itu. Semua saya jadikan masukan, dari situ saya akan melangkah ke depan. (*)  

Jakarta 6 Februari 2013
* Roy Suryo
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

OKE

Lintas Publik
 
Support : Becak Siantar | Info Loker | Lapo Kita | KA Blog
Copyright © 2013. JUDOKA KUNGFU INDONESIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Lintas Publik
Proudly powered by Blogger